Minggu, 31 Maret 2013

Bila Bayi Kuning, Bolehkah Ibu Menyusuinya?



Saat bayi lahir, Ibu pun akan menyambutnya dengan rasa suka cita. Penantian selama 9 bulan, berakhir sudah dengan hadirnya tangisan si Kecil di pangkuan Ibu. Mungkin Ibu akan memperhatikan betapa sempurna dan sehatnya si Kecil. Namun bila Ibu tiba-tiba melihat munculnya perubahan warna kulit si Kecil menjadi kekuningan, Ibu pun akan sedikit cemas mengenai apa yang terjadi dan mulai bertanya-tanya bolehkah si Kecil disusui? Bagaimana nanti dengan pemberian ASInya?
Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat bayi lahir adalah warna kekuningan pada bayi atau yang dikenal dengan istilah jaundice atau ikterik. Biasanya ikterik akan timbul beberapa hari setelah bayi lahir karena enzim hati yang memecah senyawa dalam darah bernama bilirubin, masih belum matang, sehingga jumlah bilirubin dalam darah melebihi kadar normal.
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang merupakan hasil proses pemecahan sel darah merah. Pemecahan sel darah merah ini normal terjadi, namun bilirubin yang terbentuk seharusnya tidak menimbulkan kuning karena hati akan memecahnya lagi dan membuangnya via usus.
  • Tetap menyusui. Dengan tidak menyusui, dapat memperburuk kondisi ikterik dan mengganggu usaha Ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi. Pemberian ASI sesering mungkin merupakan cara terbaik untuk meredakan kondisi ikterik.
  • Bila kadar bilirubin melebihi batas normal, mungkin dokter akan meminta Ibu stop menyusui selama 24 jam karena akan dilakukan fototerapi (biasanya dilakukan bila kadar bilirubin lebih dari 15-20 mg). Bila sudah dalam kadar normal setelah 24 jam, Ibu pun dapat langsung kembali menyusui bayi. Fototerapi merupakan terapi yang dilakukan pada bayi dengan ikterik, guna menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. Bayi akan diletakkan di dalam inkubator dan diberikan sinar tertentu yang akan diserap oleh kulit bayi. Dengan proses ini, bilirubin akan diubah menjadi bentuk lain agar lebih mudah dikeluarkan lewat air seni dan feses. Proses ini bisa berlangsung selama beberapa hari.
  • Fototerapi dapat meningkatkan kebutuhan cairan pada bayi. Jika bayi dapat menyusu dengan baik, pemberian ASI sesering mungkin dapat membantu agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
  • Pilihan lain selain fototerapi adalah selimut serat optik (jika memungkinkan dan jika tersedia) yang bisa Ibu bawa pulang, sehingga si Kecil tidak perlu dirawat di rumah sakit dan Ibu tetap bisa menjalin keterikatan batin dengan bayi dengan memberikan ASI.
  • Berikan ASI sesering mungkin sekira 8-12 kali per harinya atau lebih. Cara terbaik untuk menurunkan kadar bilirubin dalam darah adalah dengan meningkatkan pemberian makan yang nantinya akan meningkatkan gerakan usus besar, sehingga bilirubin pun bisa keluar.
  • Berkonsultasi dengan ahli laktasi untuk memastikan bayi dalam posisi yang benar saat menyusui sehingga bayi dapat mendapatkan ASI sesuai yang ia inginkan.
  • Jika suplementasi dianjurkan untuk membantu meningkatkan kalori dan asupan bagi bayi, konsultasikan dengan ahli laktasi untuk menggunakan alat bantu laktasi. Ibu dapat terus memompa ASI tanpa mengganggu produksi ASI atau mengganggu jalinan kasih antara Ibu dan bayi.

  • sumber : http://www.ibudanbalita.com
  • Tidak ada komentar:

    Posting Komentar