Minggu, 31 Maret 2013

Sumbatan Di Saluran Cerna


Pada bayi, sumbatan terjadi karena pemberian makanan padat yang terlalu dini. Usus belum siap menerima sehingga makanan tersebut jadii menyumbat saluran cerna. Sedangkan pada anak yang sudah agak besar, sumbatan bisa terjadi karena ususnya terpelintir.
Gejala :
Bila gangguannya ringan :
Pada bayi kecil ditandai dengan seringnya gumoh sehabis disusui, apalagi jika ditidurkan dengan posisi telentang. Pada bayi besar dan anak, muntah terjadi tiap kali diberikan makanan padat. Tak demikian bila diberikan makanan cair.
Bisa tak menyebabkan muntah, gejala yang dirasakan anak biasanya hanya berupa rasa tak enak di tenggorokan atau jadi sulit makan. Namun, karena makanan yang masuk kembali ke esophagus sudah bercampur asam lambung, akan membuat iritasi pada esofagusnya. Bila terjadi terus menerus, lama-kelamaan bisa terjadi esofagitis, yaitu peradangan pada esophagus. Jika radangnya agak berat dan kemudian si anak makan, maka makanan yang masuk itu akan memberikan rangsangan pada daerah peradangan tadi, dan ini bisa membangkitkan refleks muntah.
Adakalanya anak mengalami batuk terus-menerus. Ini terjadi karena ada rangsangan dari makanan atau minuman yang keluar dari lambung kearah esophagus dan masuk ke dalam saluran pernapasan tanpa menimbulkan muntah.
Bila gangguannya berat :
Muntah yang terjadi lebih banyak dan makin sering, hingga dapat menyebabkan anak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.
Selain makanan padat, makanan cair pun biasanya tak bisa lewat. Pertumbuhan bayi/anak jadi terganggu karena asupan makanan yang tak memadai.
Pada kelainan bentuk dan posisi lambung:
Kadang kelainan ini tak memberi gejala apa-apa sampai ia sudah agar besar saat makanannya mulai banyak. Gejala yang cukup mudah dilihat adalah anak tak mengalami masalah bila makan hanya sedikit-sedikit, tapi begitu ia makan banyak, terjadilah muntah.
Penanganan :
Pemberian obat pada setiap anak akan berbeda-beda, bergantung kepada besar-ringannya gejala yang muncul. Biasanya obat-obatan diberikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya beberapa bulan. Pengobatan bertujuan memperkuat otot sfingter.
Pada anak yang mengalami batuk terus-menerus, tak guna diberikan segala macam obat batuk, karena yang harus diatasi adalah GERD-nya. Mendiagnosanya kadang tak mudah dan diperlukan bantuan pemeriksaan dengan Barium meal
Tindakan pembedahan dilakukan :
Jika pemberian obat-obatan tak membuahkan hasil. Dokter akan membuat antirefluks, yaitu ditarik supaya lambungnya tegak terus, namun hal ini jarang sekali terjadi.
Pada hipertropi berat harus dilakukan tindakan operasi secepatnya untuk memperbaiki katupnya agar saluran makanan dari lambung ke usus bisa jalan dengan lancer.
Jika terjadi sumbatan pada saluran cerna, bayi/anak harus segera dibedah. Jika terlambat, bisa berakibat fatal !
Yang tak perlu pembedahan :
Pada hipertropi ringan, tindakan operasi bisa ditunda. Diharapkan dengan bertambahnya usia, bayi mulai berdiri tegak hingga makanan lebih mudah turun.
Pada kelainan bentuk dan posisi lambung, tak perlu segera dibedah. Karena kadang kelainan ini terkoreksi dengan sendirinya saat anak beranjak besar.
Mencegah Muntah :

  • Perbaiki posisi anak kala menyusu (baik ASI maupun susu botol). Tak boleh sambil tidur tapi harus tegak dengan kepala lebih tinggi. Dengan demikian, makanan atau minuman yang masuk ke tubuh akan langsung turun ke bagian bawah lambung.
  • Beri anak makan / minum dalam porsi kecil tapi sering, agar makanan / minuman yang masuk turun dulu. Apalagi jika lambungnya datar atau melipat. Jadi , kalau minum susu 100 CC, misal, berikan setengahnya dulu.
  • Selalu sendawakan bayi tiap kali usai disusui. Hindari pula posisi telentang setelah bayi disusui. Ingat , cairan yang masuk ke tubuh bayi akan mencari posisi paling rendah.
  • Tegakkan bayi setegak mungkin selama dan beberapa waktu setelah minum susu.
  • Pastikan ukuran dot botol tak terlalu besar atau terlalu kecil. Saat menyusui, botol dimiringkan sedemikian rupa sehingga susu, bukan udara, yang memenuhi bagian dotnya.
Muntah Psikologis
Muntah yang disebabkan faktor psikologis, merupakan akibat dari reaksi kecemasan anak. Biasanya ini terjadi pada saat-saat tertentu. Misalnya, waktu mau berangkat sekolah atau pergi ke tempat yang tak disukainya. Bisa juga karena pola pemberian makanannya  menimbulkan perasaan tak nyaman pada anak, hingga akhirnya ia muntah. Kecemasan ini ada dalam diri anak karena ia merasa makan bukan acara yang menyenangkan dan bahkan jadi beban. Contohnya bila orang tua tiap kali memaksa anak menghabiskan makanannya.
Yang jelas, bila penyebabnya masalah psikologis, harus dicari secara tepat, apa yang menyebabkan anak muntah. Lalu saat pengobatan, kalau memang memungkinkan, sumber kecemasannya itu diubah. Misalnya, dengan mengubah perilaku orang tua agar tak terlalu member tekanan pada anak untuk menghabiskan makanan. Sebaliknya, untuk keadaan dimana lingkungan tak bisa diubah, seumpama kewajiban untuk sekolah, tentu anak yang harus diterapi untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut.


sumber : http://www.duniabunda.com

Bila Bayi Kuning, Bolehkah Ibu Menyusuinya?



Saat bayi lahir, Ibu pun akan menyambutnya dengan rasa suka cita. Penantian selama 9 bulan, berakhir sudah dengan hadirnya tangisan si Kecil di pangkuan Ibu. Mungkin Ibu akan memperhatikan betapa sempurna dan sehatnya si Kecil. Namun bila Ibu tiba-tiba melihat munculnya perubahan warna kulit si Kecil menjadi kekuningan, Ibu pun akan sedikit cemas mengenai apa yang terjadi dan mulai bertanya-tanya bolehkah si Kecil disusui? Bagaimana nanti dengan pemberian ASInya?
Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat bayi lahir adalah warna kekuningan pada bayi atau yang dikenal dengan istilah jaundice atau ikterik. Biasanya ikterik akan timbul beberapa hari setelah bayi lahir karena enzim hati yang memecah senyawa dalam darah bernama bilirubin, masih belum matang, sehingga jumlah bilirubin dalam darah melebihi kadar normal.
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang merupakan hasil proses pemecahan sel darah merah. Pemecahan sel darah merah ini normal terjadi, namun bilirubin yang terbentuk seharusnya tidak menimbulkan kuning karena hati akan memecahnya lagi dan membuangnya via usus.
  • Tetap menyusui. Dengan tidak menyusui, dapat memperburuk kondisi ikterik dan mengganggu usaha Ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi. Pemberian ASI sesering mungkin merupakan cara terbaik untuk meredakan kondisi ikterik.
  • Bila kadar bilirubin melebihi batas normal, mungkin dokter akan meminta Ibu stop menyusui selama 24 jam karena akan dilakukan fototerapi (biasanya dilakukan bila kadar bilirubin lebih dari 15-20 mg). Bila sudah dalam kadar normal setelah 24 jam, Ibu pun dapat langsung kembali menyusui bayi. Fototerapi merupakan terapi yang dilakukan pada bayi dengan ikterik, guna menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. Bayi akan diletakkan di dalam inkubator dan diberikan sinar tertentu yang akan diserap oleh kulit bayi. Dengan proses ini, bilirubin akan diubah menjadi bentuk lain agar lebih mudah dikeluarkan lewat air seni dan feses. Proses ini bisa berlangsung selama beberapa hari.
  • Fototerapi dapat meningkatkan kebutuhan cairan pada bayi. Jika bayi dapat menyusu dengan baik, pemberian ASI sesering mungkin dapat membantu agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
  • Pilihan lain selain fototerapi adalah selimut serat optik (jika memungkinkan dan jika tersedia) yang bisa Ibu bawa pulang, sehingga si Kecil tidak perlu dirawat di rumah sakit dan Ibu tetap bisa menjalin keterikatan batin dengan bayi dengan memberikan ASI.
  • Berikan ASI sesering mungkin sekira 8-12 kali per harinya atau lebih. Cara terbaik untuk menurunkan kadar bilirubin dalam darah adalah dengan meningkatkan pemberian makan yang nantinya akan meningkatkan gerakan usus besar, sehingga bilirubin pun bisa keluar.
  • Berkonsultasi dengan ahli laktasi untuk memastikan bayi dalam posisi yang benar saat menyusui sehingga bayi dapat mendapatkan ASI sesuai yang ia inginkan.
  • Jika suplementasi dianjurkan untuk membantu meningkatkan kalori dan asupan bagi bayi, konsultasikan dengan ahli laktasi untuk menggunakan alat bantu laktasi. Ibu dapat terus memompa ASI tanpa mengganggu produksi ASI atau mengganggu jalinan kasih antara Ibu dan bayi.

  • sumber : http://www.ibudanbalita.com
  • Tiga Bulan Pertama Bersama si Kecil



    Tiga bulan pertama merupakan masa-masa dimana bayi belajar untuk merasa nyaman dan aman di dunia barunya. Si Kecil mulai berkembang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Apa saja yang dilakukannya?
    • Si Kecil mulai mengenal Ibu dan yang lainnya, yang menyayangi dan merawatnya. Si Kecil mulai mengenali wajah, suara dan aroma tubuh Ibu, dan mulai memberikan respon terhadap senyuman dan sentuhan Ibu. Banyak-banyaklah berbicara dan bernyanyi untuk si Kecil karena ini akan membantu memperkuat ikatan Ibu dengannya, dan membuatnya merasa dicintai. Peluklah si Kecil dan nikmati indahnya bersentuhan dengan kulitnya yang sangat lembut.
    • Si Kecil mulai belajar ‘menyampaikan’ apa yang dibutuhkannya. Melalui suara, ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya, si Kecil mengkomunikasikan rasa lapar, senang, ngantuk atau rasa tidak nyamannya, dan menunjukkan apakah dia sedang ingin bermain atau tidak. Ibu dapat mempelajari sinyal-sinyal yang ditunjukkan si Kecil, apakah menangis karena lapar atau ngantuk? Dan Ibu juga sebaiknya memberikan respon yang cepat dan tepat terhadap sinyal yang diberikan si Kecil. Kalau matanya berbinar dan si Kecil dalam keadaan siaga, berarti dia ingin diajak bermain.
    • Si Kecil mulai menggunakan tubuhnya untuk melakukan sesuatu, misalnya menggapai jari tangan Ibu atau menggapai mainan dan menggenggamnya. Jadi Ibu sudah harus menyiapkan mainan kecil yang aman untuk si Kecil yang berusia 0-3 bulan. Sediakan mainan dengan berbagai tekstur dan bentuk. Si Kecil juga sudah dapat mengarahkan kepalanya ke payudara Ibu jika merasa lapar. Coba deh Ibu perhatikan, si Kecil mulai ’menjelajahi’ tubuhnya sendiri, memandangi tangannya, menghisap jari kakinya atau mungkin bahkan sudah mencoba untuk berguling.
    • Si Kecil merasa yakin bahwa Ibu dapat ‘membaca’ sinyal dan memberikan respon terhadap sinyal yang dikirimnya. Karenanya Ibu sebaiknya segera menenangkan atau meredakan tangisnya agar si Kecil merasa aman, nyaman dan dicintai. Si Kecil juga mengandalkan Ibu untuk membuatnya merasa nyaman. Ibu dapat membantu menenangkan si Kecil dengan menyelimutinya atau memberikan boneka kecil lembut kesukaannya.


    sumber : http://www.ibudanbalita.com

    Infeksi Sebelum atau Semasa Hamil


    amira_anastasia's Avatar

    Umumnya, infeksi pada ibu hamil lebih dikenal dengan infeksi TORCH, yang terdiri dari toksoplasma, rubela atau campak jerman, cytomegalovirus dan herpes simpleks. Selain itu, ada juga infeksi staphylococcus yang kemudian dikenal dengan istilah ACA (anticardiolypin). Ada lagi infeksi yang disebabkan clamida yaitu sejenis virus, namun infeksi ini tidak banyak terjadi di Indonesia.

    Toksoplasma

    Penyebab: Ada anggapan bahwa selama ini ibu hamil tidak boleh memelihara binatang seperti kucing, anjing, dan lainnya karena bisa menyebabkan toksoplasmosis. Sebenarnya, yang jadi penyebab infeksi toksoplasma adalah cysts atau oocysts yang hidup setelah melalui siklus pada binatang kemudian baru berpindah pada manusia. Contoh, kotoran kucing yang kering dan mengandung oocysts bercampur debu tertiup angin dan jatuh di rerumputan, kemudian rumput tersebut dimakan oleh kambing. Nah, daging kambing tersebut jika tidak dimasak matang akan masih mengandung cysts yang hidup. Ibu hamil yang mengonsumsi daging tidak matang itu beresiko mengidap tokso. Maka itu, ibu hamil haruslah mengonsumsi daging yang dimasak matang karena cysys-nya akan mati. Selain itu, oocysts ini juga bisa terbang bersama debu tertiup angin dan hinggap pada makanan kita atau makanan yang ada dipinggir jalan, misalnya. Jadi ibu hamil jangan makan di sembarang tempat yang kemungkinan besar terkontiminasi oocysys.



    Pada dasarnya cysts hidup dalam siklus hewan yang ada di darat, bukan hewan yang hidup di air. Jadi, untuk daging ikan mentah, belum terbukti apakah menimbulkan toksoplasma. Resiko terinfeksi toksoplasma juga terdapat pada transfusi darah, kesalahan laboratorium dan transplantasi organ.

    Gejala Klinis: Sebagian besar tidak tampak secara kasat mata, namun demikian juga ditemukan seperti gejala flu biasa tergantung strain virusnya, usia, dan derajat imunitas tubuh atau daya tahan tubuh.

    Diagnosic: Setelah pemeriksaan darah di laboratorium, akan terlihat hasilnya dan yang diperiksa adalah antibodinya bukan kumannya. Terbentuknya antibodi diawal infeksi kurang lebih 2 minggu kemudian terbentuk IgA, sedangkan IgM akan terbentuk lebih awal dan bisa bertahan sampai 6 bulan, IgG terbentuk kemudian dan bertahan lebih lama sampai 24 bulan.

    Pemeriksaan serologik pada wanita hamil semester awal (1) didapatkan IgG positif, IgM negatif, maka perlu diulang 3 minggu kemudian, dan bila didapatkan kenaikan 4 kali lipat berarti adanya reaktivitas / kambuh. Sedangkan bila IgG dan IgM positif dan aviditasnya < 0,3 menunjukkan infeksi saat hamil dan perlu pengobatan. Sebaliknya jika > 0,3 kemungkinan besar infeksi lampau, perlu pemeriksaan pada bayi yang dilahirkan. IgG dan IgM yang ditemukan negatif, tetap dianjurkan pemeriksaan ulang pada trimester III (28-40 minggu).

    Pengobatan: Normalnya, bila hasil pemeriksaan kadar antibodi IgG maupun IgM negatif, berarti tak ada toksoplasma. Jika IgM bernilai positif dan IgG positif maka harus diterapi, karena berarti ada infeksi. Jika hasil aviditas 0,3 berarti terjadi infeksi saat hamil, maka perlu dilakukan terapi. Jika ada peningkatan kadar antibodi sampai 4 kali secara kuantitas, berarti ada kuman yang aktif kembali dan perlu diterapi dengan pemberian obat-obatan antibiotika tertentu yang aman untuk masa hamil. Pengobatan dilakukan selama 3 bulan

    Pencegahan: Idealnya, pemeriksaan toksoplasma dilakukaan saat pranikah / hamil, dengan anggapan sesudah menikah tentunya nanti akan hamil. Jadi, untuk mendapat keturunan yang baik haruslah dipersiapkan dengan baik pula, sehingga ibu tahu kapan boleh hamil / tidak, serta kapan dilakukan pengobatan jika memang ada tokso. Jika pemeriksaan tidak dilakukan sebelum hamil, paling tidak dilakukan saat hamil. Hanya saja pemeriksaan toksoplasma relatif jarang dilakukan kecuali ada indikasi semisal ada riwayat keguguran dan kecacatan bayi yang dilahirkan, hal ini terjadi karena pertimbangan biaya dan insiden kejadiannya dianggap sedikit dan jarang.

    Rubela (Campak Jerman)

    Penyebab: Virus yang ditularkan melaui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli.

    Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan bercak merah di kulit serta terasa gatal. Bila keganasan virusnya rendah, adakalanya tidak tampak gejala klinisnya.

    Diagnosis: Dilihat berdasarkan gejala klinis yang timbul dan dari pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela.

    Pengobatan: Masih ada kontoversi apakah harus diterapi atau tidak. Jika ibu pernah terkena rubela di usia 15 tahun, kemudian menikah di usia 20 tahun, kadar IgG-nya positif. Hanya saja apakah antibodi IgG-nya ini protektif ataukah tidak? Jika dianggap protektif, maka tak perlu diterapi. Bila dianggap tidak protektif, tentu perlu terapi dengan obat-obatan antiviral selama 3 bulan. Ada pula ahli yang berpendapat bahwa obat virus tidak ada gunanya, tetapi yang penting adalah imunitas tubuhnya ditingkatkan.

    Pencegahan: Lakukan vaksinasi Rubela pada penderita yang belum pernah terinfeksi atau kadar antibodinya IgG negatif dan melakukan tes darah paling tidak 3 bulan sebelum kehamilan.

    Sitomegalovirus

    Penyebab: Virus ini dapat bersumber dari tenggorokan, ludah, ledir mulut rahim, sperma atau transfusi darah. Akibat dari infeksi virus ini bisa menyebabkan keguguran spontan, infeksi pada janin sehingga menimbulkan kelainan bawaan. Penularannya lewat kontak dengan penderita.

    Gejala Klinis: Hampir sama dengan terkena flu biasa.

    Diagnosis: Terdeteksi lewat pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) dan CMV Kultur atau bukan virus Cytomegalovirus.

    Pengobatan: Dengan obat-obatan antiviral selama 3 bulan. Angka kejadian infeksi sitomegalovirus ini rendah di Indonesia.

    Pencegahan: Hindari kontak secara langsung atau berhubungan seksual tanpa perlindungan.

    Herpes Simpleks

    Penyebab: Virus yang ditularkan lewat kontak badan dan seksual. Infeksi bisa tertular pada bayi di saat proses persalinan, karena ada gesekan dengan alat kelamin ibu.

    Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan timbul gelembung / bintil-bintil kecil berisi cairan kemerahan dan sakit pada alat kelamin. Karena kondisi tubuh sedang lemah, kuman lain dapat numpang sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada paru-paru, dermatitis dan lainnya.

    Diagonisi: Dari hasil pemeriksaan antibodi, bila hasilnya < 0,090 = negatif dan > 1,10 = positif.

    Pengobatan: Dengan obat-obatan antiviral yang diberikan selama 3 bulan.

    Pencegahan: Apabila ibu hamil terinfeksi virus ini, maka agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan operasi cecar.

    Clamidia

    Penyebab: Virus. Wanita hamil bisa terinfeksi melalui hubungan seksual atau dari lingkungan yang kurang bersih. Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa antibodinya.

    Gejala Klinis: Biasanya tanpa gejala klinis. Hanya saja sering kali hamilnya susah, karena adanya perlengketan pada organ-organ wanita, semisal perlengketan alat saluran telur dengna organ sekitarnya, atau perlengketan saluran telur pada rahim dan lainnya.

    Indikasi: Dari hasil pemeriksaan antibodi ibu. Satuannya IU/ml. jika hasilnya < 0,90 = negatif dan > 1,10 = positif.

    Pengobatan: Pemberian obat-obatan antivirus, bisa sekitar 3 bulan.

    Pencegahan: Pemeriksaan diri pada awal kehamilan sangat membantu penanganan.

    ACA (Anticardiol Ypin)

    Penyebab: Staphylococcus mengakibatkan kekentalan darah yang dapat berpengaruh pada penurunan kemampuan berbagai organ tubuh. Gangguan ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada ibu hamil saja.

    Gejala Klinis: Mirip dengan yang dialami ibu hamil seperti cepat lelah, mengantuk, sering pusing, dan sulit konsentrasi. Serta gejala yang harus dicermati yaitu peningkatan tekanan darah tanpa sebab yang pasti.

    Indikasi: Dengan pemeriksaan antibodi. Tergolong mild jika IgG-nya berkisar antara 15-20, moderate bila antara 20-80, dan high jika kadarnya di atas 80. Semakin tinggi kadarnya, semakin besar pula resiko terjadi keguguran. Pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap 6 bulan sekali.

    Pengobatan: Terapi dengan obat-obatan dalam dosis yang tepat. Bila kadar antibodi antiphospholipid masih dalam batas yang dianggap “aman”, pengobatan cukup berupa tablet sejenis aspirin. Bila dari hasil pemeriksaan berikut kadar antibodi antiphospolipid tetap atau bahkan meningkat, pemberian obat dibarengi dengan suntikan heparin atau fraksiparin maupun suntikan lain sejenis yang harus dilakukan setiap hari. Suntikan tersebut relatif aman untuk wanita hamil karena terbukti tidak menembus barier plasenta.

    Pencegahan: Hindari infeksi staphylococcus seperti infeksi tenggorokan. Hindari penularan lewat batuk, misalnya. Periksa segera bila mengalami flu yang tidak sembuh setelah terapi diberikan. Konsultasikan dengan dokter, dan periksa sebelum atau saat hamil


    sumber : http://www.ibudanbalita.com

    Pentingnya Mengoptimalkan Perkembangan Bahasa Anak Sejak Dalam Kandungan




    Kandidat Doktor bidang Psikologi Pendidikan dan Ilmu Rehabilitasi Kesehatan di The University of Queensland, Australia, juga Dosen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB)
    Salah satu tahapan perkembangan yang penting pada anak adalah bahasa karena bahasa merupakan faktor awal yang menentukan anak untuk dapat berkomunikasi kepada lingkungannya. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang luput perhatiannya untuk tahapan perkembangan yang satu ini. Alhasil, tak jarang, orang tua baru akan tersadar ketika anaknya sudah menginjak usia 3-5 tahun.
    Para peneliti percaya bahwa perkembangan bahasa anak dimulai sejak anak masih di dalam kandungan (Dallas, 2013. Ketika dalam kandungan, anak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi suara dan irama percakapan dari sang ibu, meskipun kemampuan verbalnya belum berkembang saat itu. Kemampuan ini mampu akan bertahan sampai anak dilahirkan dan menginjak usia empat bulan.
    Sementara itu, perkembangan kemampuan ekspresi verbal yang pertama ali dapat dilakukan oleh anak adalah menangis. Melalui tangisan, anak mulai berekspresi atas apa yang dirasakan untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya misalnya seorang anak akan menangis ketika mereka merasa lapar, haus atau merasa tidak nyaman. Kemudian, kemampuan ini akan mulai berkembang.
    Menginjak umur 4 bulan, anak mulai berkomunikasi dengan suara-suara seperti 'ba-ba-ba', kemudian ketika telah menginjak usia 9 bulan hingga 1 tahun, mereka akan mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti 'mama' hingga akhirnya anak akan mengenal kosakata kurang lebih 50-200 kata pada usia 2 tahun dan 3000 kosakata pada usia 3 tahun.
    Tahapan perkembangan bahasa ini sangatlah penting untuk diperhatikan oleh orang tua guna mendeteksi adanya gangguan dan mendorong anak untuk memasuki tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, strategi optimalisasi perkembangan anak sangat perlu dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan.
    Ketika usia kandungan sudah memasuki enam bulan, patut lah orang tua untuk membiasakan diri mengajak anak berinteraksi, mulai dari perasaan bahagia atau tentang hal-hal positif lainnya. Ini bisa dilakukan sambil mengelus lembut perut. Dengan melakukan hal ini, anak akan mengenal ritme suara dan irama bahasa ibu yang merupakan fase awal untuk mempelajari bahasa.
    Kemudian, ketika anak sudah lahir, anak seharusnya diajarkan interaksi dan komunikasi yang dibarengi dengan ekspresi bahasa tubuh. Strategi ini adalah stimulasi perkembangan bahasa non-verbal sehingga anak dapat mengerti arti di baliknya dan meniru berbagai mimik dan ekspresi. Fase ini juga sangat penting karena jika seorang anak kehilangan masa-masa di fase ini, maka anak bisa terkena gangguan psikologis seperti autisme.
    Selanjutnya, jika anak sudah menginjak usia 1 tahun dan mengenal kata, orang tua harus mulai membantu untuk mengenalkan lebih banyak kosakata. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku bergambar dan berwarna. Strategi selanjutnya adalah dengan mengajarkan anak untuk bernyanyi. Nyanyikan beberapa lagu anak yang mendidik diiringi dengan ekspresi dan gerakan yang sesuai.
    Selain itu, ada baiknya jika orang tua dapat menstimulasi anak untuk berani bercerita mengenai perasaan atau apa yang dialami. Hal ini juga penting guna meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Dengan peran aktif orang tua, perkembangan bahasa anak dapat dipacu dengan optimal sehingga anak tidak hanya dapat berkomunikasi secara verbal namun juga nonverbal dan berekspresi. Dengan demikian, kelainan psikologis dapat segera terdeteksi sejak dini.


    sumber : http://www.vemale.com

    Ngidam Saat Hamil, Harus Dituruti Atau Tidak?




    Masa kehamilan identik dengan ngidam. Ngidam menjadi begitu populer umumnya karena dua hal. Pertama karena hal yang diidamkan kadang aneh-aneh. Misalnya ngidam perutnya dielus oleh orang tertentu yang cukup sulit untuk mendapatkannya.

    Yang kedua adalah waktu ngidam yang tidak tentu. Tidak sedikit wanita hamil yang ngidam di tengah malam atau dini hari. Kebiasaan unik wanita hamil ini kemudian menjadi turun-temurun hingga pada generasi kita. Untuk Anda yang saat ini sedang hamil dan mengalami ngidam maupun tidak, yuk kita kupas mengenai fenomena ngidam ini.

    Mengapa wanita hamil ngidam?

    Ngidam pada wanita hamil, sedikit mirip dengan nafsu makan ketika kita tidak benar-benar lapar. Bila kita ngidam makanan, sebenarnya kita sedang membutuhkan zat-zat tertentu yang ada dalam makanan yang kita idamkan tersebut. Misalnya ketika kita ngidam makan coklat manis. Bisa jadi tubuh kita sedang membutuhkan gula.

    Lalu bagaimana kalau ngidamnya aneh-aneh? Ingin perut dielus artis misalnya. Memang ngidam tidak melulu soal makan dan kebutuhan fisik, namun juga berhubungan dengan psikologi. Mengingat pengaruh hormon yang mirip-mirip masa menstruasi.

    Mengapa ngidam sering terjadi di waktu yang tidak umum?
    Mungkin kita sering mendengar kisah mengenai wanita yang ngidam di tengah malam. Ngidam memang seringkali terjadi di waktu yang tidak umum. Misalnya dini hari, ngidam sesuatu yang sedang tidak musim dan sebagainya. Ngidam ini menunjukkan kebutuhan akan rasa nyaman dan seringkali untuk bisa memenuhi hal tersebut, sang suami memang harus memahami sindrom ini.

    Apakah ngidam harus selalu dipenuhi?
    Memang pada beberapa kasus ngidam, beberapa wanita jadi rewel dan ingin dipenuhi keinginannya. Namun ada baiknya untuk membatasi ngidam Anda. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah kesehatan. Jika ngidam Anda berhubungan dengan makanan, pastikan Anda mengonsumsi makanan seimbang dan tidak berlebihan.

    Bila ngidam Anda bersifat non makanan, seperti ingin melakukan sesuatu yang aneh, selama masih tidak menyulitkan orang-orang di sisi Anda, mungkin tidak apa-apa. Namun menuruti segala keinginan yang menyulitkan juga kurang baik dan sebaiknya ditahan. Mungkin sebenarnya ANda hanya membutuhkan perhatian dari orang terdekat.

    Bagaimana mengalihkan perhatian saat ngidam?
    Lakukanlah kegiatan yang bermanfaat dan tidak membuat Anda bosan. Misalnya berjalan -jalan ke luar rumah, melakukan hobi, membaca buku atau majalah. Dengan demikian, Anda akan teralihkan dari keinginan ngidam yang aneh-aneh. Pastikan Anda mengetahui kapan Anda membutuhkan suasana yang tenang dan kapan Anda membutuhkan teman bicara.

    Nah, inilah beberapa tips ngidam yang bisa membuat Anda lebih nyaman selama masa kehamilan. Stay health, Mommies.


    sumber : http://www.vemale.com

    Tips Penting di Tahun Pertama Kelahiran Bayi



    Di tahun pertama Anda melahirkan bayi, ternyata ada beberapa hal yang sebaiknya mulai Anda perhatikan. Sejak melahirkan, Anda akan tidak hanya berinteraksi dengan bayi Anda, namun juga dengan orang sekitar. Jangan remehkan hal-hal tersebut.
    Selain itu kita juga mesti lebih teliti dalam perawatan bayi agar si kecil tetap dalam kondisi higienis dan sehat. Nah, berikut ini beberapa tips yang bisa Anda lakukan di tahun pertama melahirkan anak Anda.
    1. Menjaga kebersihan bayi
    Bukan hanya masalah perawatan dengan mengganti popok dan memandikannya. Namun Anda juga perlu lebih hati-hati dengan orang-orang yang menjenguk bayi Anda. Bagaimana pun, mintalah dengan sopan pada mereka untuk mencuci tangan dan tidak sembarangan mencium bayi Anda. Hal ini demi kebaikan si bayi dan mereka pasti memakluminya.
    2. Pilih baju hangat daripada selimut
    Bayi tidak dapat mengendalikan apa yang ada di sekeliling mereka. Jadi, meski itu hanya sehelai selimut, kita perlu berhati-hati menggunakannya. Lebih disarankan menggunakan baju jangat dan kain penutup tangan serta kaos kaki. Hal ini untuk menghindari selimut menutupi wajah bayi dan membahayakan nyawanya.
    3. Hindari rokok
    Jauhkan bayi Anda dari jangkauan asap rokok dan polusi lainnya. Hal ini bahkan disarankan sejak masa kehamilan. Karena bayi yang ibunya menghisap rokok semasa hamil akan menambah resiko kematian mendadak pada bayi. Hal ini telah diteliti di Ohio, bahwa nikotin dalam rahim dapat mengubah pola nafas bayi sejak dalam kandungan.
    4. Perbanyak pelukan daripada makanan manis
    Pelukan seorang ibu memiliki kemampuan menenangkan yang jauh lebih menyembuhkan daripada asupan gula. Pembunuh rasa sakit dan tidak nyaman yang efektif adalah pelukan seorang ibu yang memiliki dampak menyeluruh pada bayi Anda.
    5. Menghadapi syndrom baby blues
    Ini adalah sindrom yang umum menghinggapi para ibu yang baru melahirkan. Untuk menghadapi syndrom ini, yang perlu Anda lakukan adalah perbanyak berkomunikasi (terutama dengan orang tersayang dan sesama ibu muda), stay positive dan menyadari bahwa Anda kini telah menjadi ibu sejati. Kuncinya adalah menjadi ibu yang aktif dan hindari kebosanan agar pikiran Anda teralihkan.
    Itulah beberapa hal penting untuk dicatat di tahun pertama kelahiran anak Anda. Bukan hanya menjaga bayi, namun juga menjaga Anda sendiri. keep in touch dengan suami, sahabat, orang tua dan orang-orang tersayang.

    sumber : http://anakbunda2-oke.blogspot.com